Maju ke hadapan, lalu muncul sepasang tangan, menarik dia lembut, membersihkan luka dan darah di lututnya. Sedang perit menahan perit, ada lagi sepasang tangan membaluti luka di sikunya, memberikan sebuah senyuman manis, ketika dia menahan perit luka itu. Sepasang demi sepasang tangan muncul, yang merawat luka di dahi, mengibas-ngibas kotoran pada pakaiannya, membedakkan mukanya. Semua pemilik tanga-tangan itu tak berhenti memberi senyuman, ya, senyuman kekuatan, senyuman ketabahan. Siapa mereka ini? Dia tak kenal. Dia tak tahu.
Usai semuanya, pemilik-pemilik tangan itu berundur selangkah ke belakang. Muncul seorang yang wajahnya berseri-seri, bercahaya. Ya Allah, tiada ciptaan yang lebih indah melainkan dengan izinMu, Ya Allah.
"Ke mari sayangku, kami semua di sini memang menghargai kehadiranmu, segala yang celaka dan yang buruk berlaku kepada kamu itu adalah perancangan dan ketentuan Allah SWT. Terimalah dengan hati terbuka dan redha tetapi jangan sekali-kali pasrah. Kerana redha itu ikhlas, tetapi pasrah itu menyerah. Telah Allah rancang yang kita akan dipertemukan, dan kami lebih menghargaimu dan menerima kamu baik dan buruk. Jadilah sebahagian dari keluarga kami. Kami lah keluarga baru kamu, sayang."
Lalu dia pun tersenyum, Alhamdulillah, kiranya kata-kata yang dia pegang selama ini, benar sekali. Pasti ada kebahagiaan, walau seperit mana pun ujian dariNya.
saya sayang kamu, ok, sampai bila-bila.
saya taknak gaduh-gaduh dengan kamu, macam dulu-dulu yg jadi kat saya.
Nur Asnida =)
No comments:
Post a Comment